Sabtu, 16 Januari 2010

KETIKA CINTA BERTASBIH 2

Saya pertamakali berkeinginan membaca novel ini saat membaca di sebuah blog teman baik saya. Dengan sub judul yang sangat provokatif sekali (novel pembangun jiwa, benarkah ?) akhirnya saya penasaran, apakah dengan membaca novel tersebut jiwa saya bisa bangun. kalau bisa apa yang bisa dibangun. benarkah jiwa saya bisa bangun atau mendapati diri dalam ilusi tak bertepi.

Sejujurnya saya sendiri jarang membaca novel. selain karena budaya membaca buku berubah menjadi budaya berinternet selama di kampus, saya tidak bisa mendapatkan sesuatu yang menarik dari novel yang berkisah tentang kehidupan manusia biasa. Saya lebih suka meracuni pikiran saya dengan kisah2 ilusif yang diberikan oleh novel-novel semacam lord of the ring, harry potter, atau novel2 saintifik seperti mimpi-mimpi einstein atau supernova. Selain itu karena novel ini ‘tampaknya’ berbau agama .. well.. saya sudah membayangkan bahwa akan banyak sekali tulisan-tulisan menggurui didalamnya dan sedikit kopas (kopi dan paste) ayat2 Al Quran / hadis. Namun ternyata prasangka saya tidak salah .. namun juga tidak benar sepenuhnya..

Novel bercerita tentang mahasiswa indonesia di negara mesir ini memberikan nilai-nilai tentang religiusitas.Sang penulis juga menggambarkan sang tokoh tetap sebagai tokoh yang memegang teguh nilai2 religius. Namun sang penulis bisa mengemasnya dengan baik dan masih bisa menghadirkannya dalam kapasitas sang tokoh sebagai manusia biasa. Perasaan dan konflik sang tokoh dilukiskan dengan baik dan jelas sehingga seolah2 kita sendiri yang mengalaminya. Dalam hal ini fragmen yang cukup menarik adalah fragmen pada bab 18 -20 dan mencapai puncaknya pada bab 27-29. Fadhil salah satu tokoh dimintai saran oleh wanita yang sangat dicintainya, Tiara yang juga mencintai fadhil, sebuah saran tentang lamaran seorang ustadz yang pernah menjadi kawan fadhil semasa masih di indonesia. “Sayangnya” fadhil menyarankan untuk menerimanya dan “sayangnya” tiara juga mengikuti sarannya. Ironisnya, fadhillah yang bertanggungjawab menjadi panitia atas pernikah tersebut. keduanya pun sama-sama pada akhirnya bisa menghadapi kenyataan itu walaupun dengan hati yang sangat terluka. Well dalam hal ini kang abik, sang penulis benar2 menggambarkan perasaan keduanya secara detail, 3 bab lebih!!, seolah2 kita melihat/merasakan sendiri.. dan saya tidak menyangka akan menemui fragmen seperti ini dalam novel ini.

Selain itu ada juga fragmen2 tentang bagaimana kita seharusnya bersikap jika ingin menjadi enterprenur. Mungkin karena sang penulis juga memiliki sebuah pesantren enterprenur sehingga menjadikan novel ini sebagai media menyebarkan ajaran pesantrennya. fragmen tersebut antara lain sikap sang tokoh utama, Azzam, yang tegas jika menyangkut masalah harga barang yang dijualnya, well . sebagian besar orang indonesia , apalagi yang tidak dibesarkan dalam nuansa enterpreneur memang sering malu2 kucing jika berkaitan masalah harga dan kadang kurang percaya pada kualitas harga barang yang dijualnya sehingga mudah dijatuhkan.

Fragmen lain yang cukup menarik adalah pada halaman 341. saat ada dialog antara anna dan cut mala tentang masalah fiqh “mengutamakan orang lain dalam mendekatkan diri kepada Allah/beribadah maka hukumnya adalah makruh”. Pada awalnya penulis hanya menyajikan contoh2 yang bersifat ritus. Seperti semisal jika punya mukena satu , maka jangan dipinjamkan pada orang lain dulu, namun kita pakai terelebih dahulu. Penulis secara piawai memperlebar pemahaman terhadap masalah duniawi dengan menghadirkan dialog, saat ada pemuda yang baik agama dan akhlaknya dan melamar dirinya, pakah boleh ia mengalah dan mendahulukan saudari yang lain yang dirasa lebih pantas?. bukankah menikah ibadah juga?. Membaca fragmen ini, mendadak pikiran saya usil untuk memperlebar lagi pemahaman bahwa untuk masalah bekerja dan mencari nafkah serta berprestasi, selama dilakukan atas dasar ibadah kita makruh mendahulukan orang lain.. kita harus egois … dan itu diatur dalam masalah fikh yang seringkali mengajarkan sunnah bahkan kalo perlu wajib mengutamakan orang lain (seolah2) tanpa kecuali. Saya jadi teringat pernyataan seorang pengajar enterprenur waktu masih mahasiswa .. menjadi businessman itu memang egois tapi impactnya sangat sosial.. akan banyak sekali lapangan pekerjaan terbuka..

Itulah beberapa fragmen menarik yang bisa saya dapatkan dari novel tersebut.. memang novel ini tidak sepenuhnya bisa membangun jiwa saya. karena sang pembolak balik jiwa hanyalah hak Allah semata. Namun sedikit2 memberikan wawasan baru sedalam alam pikiran saya yang semoga suatu saat bisa benar2 membangunkan jiwa saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar